kawah bromo |
Bromo. Gunung di Jawa Timur, yang seumur – umur belum pernah saya kunjungi. Padahal orang – orang bilang pemandangan di Bromo sangatlah bagus. Namun tidak tahu kenapa, saya tidak tertarik untuk kesana. Kalau lihat foto – fotonya memang bagus. Tapi ya dasar memang tidak ada chemistry untuk kesana, ya sudah saya tidak ada keingininan sedikitpun untuk kesana. Sampai saya kesana sendiri, akhir tahun 2011 kemarin. Dan setelah saya melihat sendiri pemandangan di Bromo, rasanya ingin balik lagi kesana. Bawa kamera dan macem – macemnya untuk merekam keindahannya yang begitu memikat.
Saya mendapat tugas dari bos untuk melakukan pekerjaan uji akurasi peta. Tadinya saya ditugaskan ke Papua. Waktu ditanya mau tidak, langsung saya jawab mau. Haha.. Padahal malas juga ke Papua. Akhirnya jadwal disusun. Tim ke Papua ada 5 orang, gabungan dengan dosen dari ITB juga. Namun saat – saat terakhir, saya dipindah. Tidak ke Papua namun ke Malang. Karena satu orang yang tadinya di Malang tidak jadi berangkat. Yasudah saya pindah ke Malang. Tim Malang lebih banyak. Ada 10 orang. Gabungan dengan ITB juga. Setelah di kantor briefing ini itu, koordinasi dengan unit kerja lain, tim kami siap berangkat untuk survei.
Selasa, 19 Desember 2011, kami berangkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju Surabaya. Sampai di bandara Juanda sekitar pukul 10.00. Ada sedikit kekacauan disini, saat mengambil bagasi. Salah satu dari kami kehilangan GPS dan kamera digital. Ternyata GPS dan kamera itu disimpan di tas ransel di kabin. Dan tidak dikunci sama sekali. Salah kami sendiri sebenarnya. GPS yang hilang salah satunya GPS yang baru, Garmin Oregon. Setelah menngurus surat kehilangan dan lain – lain, kami naik ke mobil sewaan. Tujuan hari ini: kota kecil Prigen. Namun sebelum sampai ke Prigen, kita mampir dulu untuk cuci mata di jembatan Suramadu.
Jembatan Suramadu ini ternyata beneran panjang. Seperti melintasi lautan. Jembatannya datar dan kemudian naik di tengah. Konstruksinya bagus. Ada warna merahnya yang bikin eyecatching. Mirip kayak jembatan Pasopati di Bandung. Tapi dengan panjang yang sangat jauuuuhhh… kami disini sampai sore. Dan waktu mulai gelap, pemandangannya bagus lagi. Lampu sorot warna – warni bergantian menyinari konstruksi jembatan dan tali gantungnya.
Kami sampai di Prigen sudah malam. Sekitar pukul 22.00. Hotel tempat kami menginap bagus banget. Letaknya sendiri agak terpencil. Namun arsitektur dan interiornya sangat indah, dengan dibalut kayu sebagai lapisan luarnya. Serasa menginap di hotel di penjuru Eropa. Haha.. inilah enaknya kalau pergi bareng kantor. Malamnya kami meyusun rencana untuk survei esok harinya. Tim akan dipecah menjadi dua. Satu tim bertugas menguji akurasi data satelit dan satunya lagi menguji akurasi peta.
Saya ikut ti kedua. Selama dua hari saya putar – putar Malang sampai ke Pasuruan untuk mengambil data menggunakan GPS, data ini akan digunakan untuk menguji akurasi peta. GPS yang saya bawa sudah lumayan bagus. Tipe Geodetik, single frequency, namun mudah dibawa karena ukurannya yang gampang digenggam. Singkat cerita, setelah dua hari, data yang kami perlukan sudah lengkap karena kita kebut, ambil data sampai malam. Namun sisa hari masih ada sisa dua hari lagi. Kemudian kita pindah hotel ke Malang dan berencana untuk ke Bromo besok dinihari.
Sekitar pukul 02.00, kami bangun. Mobil sewaan sudah siap. Wuah, ini dia pengorbanan yang sesungguhnya. Mungkin karena siang harinya tidak capek, saya bisa bangun dinihari begini. Kalau di gunung sebelumnya, siang harinya capek banget. Jad, mana bisa saya bangun dinihari mengejar matahari terbit. Mobil berangkat dari Malang tak lama setelah kami siap. Tujuan kami adalah Pananjakan, sebuah tempat mirip gardu pandang untuk menyaksikan sinar matahari terbit memantul di gunung Bromo yang masih berselimut kabut.
Mobil sewaan kami berganti menjadi mobil jip Toyota Hardtop di sebuah desa terdekat dari Pananjakan. Mobil jip ini ternyata muat banyak. Depan tiga, belakang bisa enam orang. Malah melebihi kapasitas mobil niaga pada umumnya. Di mobil jip, kami tidak bisa menyaksikan pemandangan karena hari masih gelap. Dan kemudian sampai di Pananjakan sekitar pukul 04.00. Matahari terbit pada pukul 05.00, menurut GPS saya sih. Jadi masih ada waktu. Pananjakan ini letaknya lebih tinggi dari Bromo, jadinya kami bisa menikmati pemandangannya dari perspektif yang pas. Disini mobil jip-nya banyaaaaak banget. Berderet – deret. Pengen punya satu. Sepertinya asik buat ajrut – ajrutan. Disini juga banyak yang menawarkan jaket tebal ala Eropa itu. Suhu dingin, tapi tidak begitu dingin. Saya cuma pakai kaos dalam, baju lapangan dan kupluk. Celana jins. Wah, tidak recommended bangetlah. Tapi malas mau sewa jaket. Karena suhunya masih bisa saya tahan. Lagian saya memang selalu menyukai kalau merasa kedinginan, karena di kota sudah kepanasan.
Setelah solat Subuh dan ngopi – ngopi, kami berjalan ke arah gardu pandang. Sampai disana ternyata ramai sekali. Padahal ini bukan musim liburan, bukan akhir pekan juga. Setelah menganalisis situasi sebentar, saya ambil tempat yang strategis. Di kejauhan terlihat bayangan hitam pegunungan. Saya belum bisa memastikan, namun ada satu gunung yang terlihat tinggi, di kejauhan. Saya yakin itu pasti gunung Semeru. Pelan – pelan, sinar tipis berwarna oranye mulai menampakkan diri. Indah sekali. Kami beruntung cuaca cerah.
Ketika sinar matahari itu mulai terlihat jelas, orang – orang bertepuk tangan. Haha.. geli juga sebenarnya. Orang – orang saling berdecak kagum. Saya hanya bisa menikmati indahnya siluet ini tanpa bisa memotretnya. Kamera yang saya bawa kamera poket butut milik kantor. Daripada menggerutu karena hasilnya tidak bagus, saya memilih untuk menikmatinya dengan mata saya sendiri saja. Tapi beruntung, teman saya ada yang bawa DSLR, jadi ada oleh – oleh untuk pulang nanti.
Setelah sinar matahari mulai agak terang, gunung Bromo dan sekitarnya mulai terlihat, yang tadinya hanya berupa bayangan hitam sekarang mulai nampak warnanya. Saat itulah saya benar – benar merasa bahwa ciptaan Tuhan ternyata sangaaaaaaaaat indah. Memikat mata saya. Membuat mulut ini kering, tidak bisa mengeluarkan kata – kata. Hanya decak kagum dalam hati menyaksikan gunung Bromo dan sekitarnya, kemudian lautan pasir dan ditambah dengan kabut tebal yang menyelimuti kaki gunungnya. Ini adalah pemandangan dahsyat yang mengguncang iman!! Belum pernah saya melihat pemandangan seindah ini. Langsung saya deklarasikan bahwa ini adalah pemandangan terindah yang pernah saya lihat di Indonesia.
Setelah sinar matahari mulai agak terang, gunung Bromo dan sekitarnya mulai terlihat, yang tadinya hanya berupa bayangan hitam sekarang mulai nampak warnanya. Saat itulah saya benar – benar merasa bahwa ciptaan Tuhan ternyata sangaaaaaaaaat indah. Memikat mata saya. Membuat mulut ini kering, tidak bisa mengeluarkan kata – kata. Hanya decak kagum dalam hati menyaksikan gunung Bromo dan sekitarnya, kemudian lautan pasir dan ditambah dengan kabut tebal yang menyelimuti kaki gunungnya. Ini adalah pemandangan dahsyat yang mengguncang iman!! Belum pernah saya melihat pemandangan seindah ini. Langsung saya deklarasikan bahwa ini adalah pemandangan terindah yang pernah saya lihat di Indonesia.
Tidak ingin menyia – nyiakan pemandangan bagus begini, kami langsung narsis. Foto sana sini berlatar belakang Bromo. Namun tentu saja, kamera tidak akan mampu merekam keindahan ini seutuhnya. Jadi tetap saja saya menikmati dengan mata saya sendiri saja.
Pukul 07.30, kami turun kebawah. Pemandangan sepanjang jalan ternyata juga bagus banget. Berhenti dulu untuk foto – foto. Haha.. dan kemudian sampai di bawah sekitar seperempat jam setelahnya. Kami turun di lautan pasir ini. Mobil pribadi memang tidak boleh sampai sini, karena pasti tidak mampu melahap ganasnya jalanan. Kami melintasi lautan pasir menuju ke bukit yang dinamakan bukit Teletubbies. Karena memang bukit nya mirip dengan bukit di film Teletubbies. Namun sebelumnya kami harus melintasi lautan pasir nan luas ini dulu. Disini dulu pernah ada shooting film Pasir Berbisik yang dibintangi Dian Sastro.
Pasir berbisik dan Jebakan betmen |
Kami sampai di bukit Teletubbies setelah melintasi lautan pasir. Mobil jip sempat terjebak dalam kubangan lumpur. Pengemudi berusaha keras untuk mengeluarkan mobil namun gagal. Akhirnya mobil ditarik oleh mobil lainnya baru bisa lolos. Bukit Teletubbies ini memang mirip dengan di film-nya. Hijau dan berbukit – bukit. Bagus sekali. Kami disini foto – foto lagi. Ambil foto sebanyak – banyaknya lah.
Kemudian setelah puas dengan pemandangan disini, kami berpindah ke parkiran Bromo, untuk menuju kawah Bromo. Beristirahat sebentar, beli minuman ringan. Dan kami siap untuk menuju kawah Bromo. Hasil investigasi dengan pedagang setempat, jarak dari parkiran ke gunung Bromo sekitar 1,5 km. kemudian masih harus naik tangga sebanyak 250 anak tangga untuk mencapai puncaknya. Dari puncak baru bisa terlihat kawahnya. Ah, kecil. Kami lalu memutuskan untuk berjalan kaki saja. Tidak semua mau pergi kesana, hanya yang muda – muda saja. Yang tua menunggu di parkiran. Kami berlima berjalan kaki dengan semangat. Para penduduk lokal tidak henti – hentinya menawarkan kuda untuk sampai ke tangga, dan baliknya. 100 ribu. Kami masih bergeming. Harga yang ditawarkan mulai turun. 75 ribu. 60 ribu. Akhirnya saat di pertenganhan jalan, yang cewek kalah oleh rayuan maut sang pawang kuda. Tinggal kami bertiga cowok – cowok. Mulai menanjak gunungnya, capek mulai terasa. Sang pawang sudah banting harga. 30 ribu. Wuahhhh, menggoda sekali ini. Apalagi kami naik bukit pasir yang labil. Akhirnya satu dari kami naik juga. Saya juga sudah kebelet ini. Namun gengsi karena saya yang paling muda, masak kalah oleh yang lebih tua, hehe.. Jadilah tinggal berdua jalan kaki sampai ke tangga. Disana yang lain sudah menunggu.
Istirahat sebentar, kami lanjut naik ke tangga. Wuahhh, tinggi juga ini. Saya sampai ngos – ngosan naiknya. Tapi tidak ada pengorbanan yang sia – sia. Akhirnya ngos – ngosan saya ini terbayar oleh pemandangan kawah Bromo di puncak. Kawahnya bolong gede. Dalamnya ada airnya. Bagus banget. Gigiran kawahnya sempit, cuma sekitar 1 meter, membuat kami berhati – hati berada di puncak sini. Foto – foto lagi, sambil menikmati pemandangan yang disuguhkan, dan juga istirahat. Sialnya, tidak ada yang bawa air minum.
Kami diatas sekitar 30 menit, kemudian turun lagi ke parkiran. Turunnya jauh lebih cepat. Lari saja haha.. karena dari pasir, lari – lari rasanya empuk. Kami sampai lagi di parkiran, istirahat sebentar dan kemudian meninggalkan area Bromo ini. Menuju Malang ambil barang – barang, dan kemudian ke bandara Juanda untuk kemudian pulang ke Jakarta. Pemandangan gunung Bromo dari Pananjakan ini saya tetapkan sebagai pemandangan terindah di Indonesia yang pernah saya lihat.
Casino Promotions - JT Hub
BalasHapusNew players at Wynn Casino welcome $1000 순천 출장샵 to join and enjoy a $1000 인천광역 출장마사지 bonus for new players. Enjoy a 안양 출장샵 $500 여주 출장샵 bonus 포천 출장마사지 on your first four deposits